Translate

Rabu, 18 Maret 2015

RIBUAN KADER IMM SE-KALIMANTAN BARAT TUMPAH RUAH DI AULA MASJID RAYA MUJAHIDDIN PONTIANAK.




Ketua DPD IMM Kalbar berfoto bersama Panitia dan Peserta, Sabtu 14 Maret 2015
Suara Ikatan, Pontianak 14 Maret 2015. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi otonom yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Ia merupakan ujung tombak pembentukan kader ummat, kader bangsa dan kader persyarikatan muhammadiyah. 
Menurut Herna Ketua Umum DPD IMM Kalbar, kelompok mahasiswa ini dipersiapkan secara khusus untuk mengemban amanah dakwah amar ma’ruf nahi mungkar khususnya bagi kalangan mahasiswa  dan kaum terpelajar. Maka pada perayaan Milad kali ini, IMM merefleksi kembali kelahirannya. Jazman Alkindi adalah komando pencetus kelahirannya pada pada hari Sabtu tanggal 14 Maret Lima Puluh Satu Tahun yang lalu.  “Maka hari ini kita merasakan bahwa IMM merupakan organisasi yang dibentuk secara khusus untuk menjadi kelompok terpelajar yang harus senantiasa membela kaum Mustadzafin dimanapun. Keberadaannya dibuktikan dengan trikompetensi yang harus dimiliki oleh setiap kadernya yaitu kemampuan untuk meneladani sikap dan gaya perjuangan rosulullah muhammad saw dan selalu berpegang teguh pada Alqur’an dan Assunnah  yang dirangkum dalam kompetensi keagamaan,” ujar Herna.
Para Tamu Undangan (Wakil Walikota Pontianak) beserta 1500 Kader IMM se-Kalimantan Barat










Immawan Erfandi (Ketua Panitia) menyampaikan Laporan Kegiatan

Immawan Herna (Ketua DPD IMM Kalbar) Menyampaikan Sambutan

Kepala Bappeda Kota Pontianak


Ketua DPD IMM Kalbar membagikan hadiah Pemenang Lomba dalam rangka menyemarakan Milad IMM ke 51
 Disamping itu, lanjutnya IMM juga harus memiliki kompetensi di bidang Intelektualitas. Setiap kader diminta untuk menguasai disiplin ilmu yang dimiliki hingga menjadi seorang yang ahli dan  senantiasa akan selalu mendedikasikan ilmunya untuk mewujudkan Indonesia yang berkemajuan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan kompetensi humanitas, Ungkap Herna pada Sabtu 14 Maret 2015 Kemaren.
Hadir sebanyak 1500 Kader IMM se-Kalimantan Barat di Aula Masjid Raya Mujahidin Pontianak kemaren. setelah resepsi akbar kemaren dilanjutkan dengan Seminar Nasional oleh Pematerinya Fitra Yunus Ketua LH-HAM DPP IMM." Tambah Herna.
 Sedangkan Fitra Yunus Ketua LH-HAM DPP IMM yang dalam kesempatan ini beliau sebagai Narasumber Tahun 2009, boleh dikatakan sebagai tahun perundingan internasional. Sedikitnya ada tiga forum pertemuan para pemimpin dunia yang menyedot perhatian masyarakat, yaitu G20 London Summit (April 2009), WTO Genewa (Desember 2009) dan pertemuan Kopenhagen untuk mengatasi perubahan iklim (Desember 2009).
Perundingan Internasional tersebut memiliki arti penting, khususnya dalam mengatasi dua masalah besar yang tengah dihadapi masyarakat dunia dewasa ini, yaitu pertama, krisis keuangan global yang terjadi sejak akhir 2008 dan belum ada tanda-tanda pemulihan signifikan hingga saat ini. Bahkan secara beruntun krisis juga menghantam Dubai, salah satu pusat penumpukan kapital dunia. Kedua adalah masalah perubahan iklim (Climate Change) sebagai ancaman terbesar bagi masa depan Planet Bumi, yang memaksa negara-negara harus menahan diri untuk tidak mengejar pertumbuhan, mengurangi emisi dan menurunkan laju deforestasi” Ujar Fitra.
Kedua masalah ini tampak ada kontradiksi, satu sisi negara maju khususnya sedang berhadapan dengan krisis yang berimplikasi terhadap PHK dan peningkatan pengangguran yang mengharuskan mereka untuk meningkatkan eksploitasi sumber daya, konsumsi energi, meningkatkan skala investasi industri dalam rangka menyediakan kesempatan kerja. Sementara pada sisi lain planet bumi semakin terancam akibat rakusnya negara-negara industri maju dalam melahap sumber daya alam.
Fitra Menambhakan dalam Bukunya Baik krisis finansial global maupun perubahan iklim global, sema semakali tidak menjadi pelajaran bagi negara-negara maju terutama Amerika Serikat, Jepang, UE bahwa sumber utama dari maslaah yang dihadapi umat manusia saat ini adalah sistem kapitalisme. Suatu sistem yang menimbulkan praktek eksploitasi tanpa batas, akumulasi pada segelintir orang dan menciptakan kemiskinan bagi mayoritas umat manusia. Kapitalisme yang dalam prakteknya dijalankan melalui neoliberalisme yang bertumpu pada liberalisasi, privatisasi dan deregulasi adalah penyebab utama dari krisis keuangan dan sekaligus krisis lingkungan.
Jalan penyelesaian krisis finansial yang diambil tetap sama, yaitu memperluas investasi dan meningkatkan aktivitas perdagangan bebas. Demikian halnya jalan bagi penyelesaian krisis lingkungan yang bertumpu pada tiga hal, investasi teknologi baru, perdagangan karbon, dan peningkatan utang luar negeri bagi negara-negara berkembang dalam rangka melakukan mitigasidan adaptasi skema penyelesaian krisis perubahan iklim. Cara-cara neoliberalisme yang konservatif dan usang terus dipertahankan yang sudah pasti akan memperparah keadaan. Dalam barisan negara-negara miskin, Indonesia adalah pendukung utama ide negara-negara maju dalam ketiga pertemuan tersebut. Dalam G20 Indonesia mengusulkan skema utang luar negeri melalui counter cylical policy, melalui Wto Indonesia adalah yang paling aktif dalam menyukseskan putaran Doha, (Doha Development Agenda). Sedangkan untuk pertemuan perubahan iklim kopenhagen yang gagal meraik kesepakatan, SBY telah menyatakan menerima Copenhagen Accord (Traktat Kopenhagen) hasil perundingan tertutup beberapa pemimpin negara yang dipimpin AS. Sepertinya Presiden SBY berharap tahun-tahun berikutnya banyak utang yang masuk ke Indonesia agar dapat memicu pembangunan dalam negeri sekaligus mencederai kedaulatan ekonomi negara” Tambah Fitra”. (Poetrake/15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar